Senin, 26 Juli 2010

3D-ready DLP Cinema Projector dari Christie (www.christie­digital.com) sangat ideal untuk semua teknik 3D terbaru.

Menurut perkiraan, era film bergambar datar dan dua dimensi akan habis. Sebagai gantinya, hadir film yang tersaji secara tiga dimensional. CHIP akan mengulas bagaimana cara kerja dan kapan revolusi 3D ini dapat kita nikmati secara optimal di rumah.

* Sekitar 57 tahun yang lalu, tepatnya pada bulan Desember 1952, dimulai tren film 3D di bioskop. Namun, hanya dalam dua tahun, tren tersebut meng­hilang, terutama karena masalah teknik yang digunakan. Efek 3D tidak terlalu mengesankan, yang terlihat hanyalah gambar bayang-bayang apabila kepala sedikit bergerak. Bahkan, banyak penonton yang sakit kepala saat melihat tayangan 3D tersebut. Pada bioskop-bioskop IMax, efek 3D memang masih ada, namun hanya untuk film-film pendek. Tidak ada 3D untuk feature film yang berdurasi 90 menit atau lebih.

Tampaknya kondisi ini akan segera berubah. Semakin banyak produsen dan studio film yang memproduksi film baru mereka tidak hanya dalam 2D, tetapi juga dalam format 3D. Bahkan, studio film Pixar dan DreamWorks menerapkan 3D sebagai standar film animasi mereka, seperti pada film terbaru mereka Bolt dan Monsters vs. Aliens. Teknologi dan teknik film 3D kini sudah jauh berbeda dari teknik yang diaplikasikan pada 57 tahun yang lalu. Pada kesempatan kali ini, CHIP akan mengulas teknologi home theater di rumah dan korelasinya dengan film 3D.

Teknologi video analog tidak cocok untuk 3D
Teknisnya, prinsip dasar yang menjadi basis untuk sebuah film 3D adalah reproduksi gambar secara stereoscopic. Artinya, gambar-gambar ditampilkan secara berpasangan, terpisah untuk masing-masing mata. Gambar-gambar ini harus diposisikan secara proporsional satu sama lain sehingga dari kedua gambar yang berbeda tadi, terbentuk efek gambar tiga dimensi di benak penonton. Sebuah kacamata khusus diperlukan agar mata lebih optimal menangkap efek gambar tiga dimensi tersebut.

Untuk menghasilkan efek 3D yang mengesankan, diperlukan sebuah sinkronisasi gambar yang sempurna untuk mata kiri dan kanan. Jadi, seperti memutar dua film dalam tahapan yang benar-benar sama. Pada sistem video analog yang digunakan tahun 50an, cara ini hampir tidak mungkin dilakukan.

Persaingan empat teknologi 3D untuk memikat penonton
Seperti bidang elektronik hiburan lainnya, produsen belum sepakat mengenai standar home theater 3D yang digunakan. Saat ini, terdapat empat teknologi yang digunakan untuk home theater 3D.

Tiap teknologi saling berbeda, ter­utama dalam hal cara yang digunakan untuk memisahkan tampilan gambar untuk mata kiri dan kanan secara terpisah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar